You need to enable javaScript to run this app.

SEBUAH DIMENSI PERJUANGAN

  • Selasa, 01 Juni 2021
  • Staff Humas
  • 0 komentar

(Drs. H. Islahuddin Yahya, M.Pd.)

Sudah puluhan tahun kutelusuri lorong waktu. Aku tak bisa lagi mengukur. aku tak bisa lagi menghitung. Apalagi mencatat setiap jejak langkah yang pernah kusinggahi.

Aku berjuang mengarungi samudera, melewati hutan, mendaki gunung, menuruni lembah,

Sampai sekarang aku mengabdikan diri di SMP Islamic Qon dan sebagian di perguruan tinggi.

Sungguh sangat berkesan perjalanan hidup ini.

Kadang aku mengalami kesulitan dan permasalahan tapi aku terus berjuang dan terus berjuang.

Aku hanya berbekal sejumput ilmu, segenggam doa, sebongkah kesabaran dan keikhlasan.

Kadang aku merasa bangga dan puas ketika melihat dan mendengar anak-anak didikku telah mengabarkan tentang keberhasilan dan tentang kesuksesannya.

Kadang aku merasa bangga dan puas ketika namaku diingat dan disebut-sebut dalam cengkeramah para alumni.

Kadang aku merasa bangga dan puas ketika disapa oleh anak-anak didikku dan para alumni.

Itulah responsif, dinamis, dan mungkin filmis.

Aku hidup dan dididik oleh guru-guru bersahaja pada masa lalu yang masih begitu kolot, primitif, konservatif, dan tradisional, tapi begitu ikhlas, sabar, cerdas, kharismatik, dan sangat mendalam, sehingga banyak anak didiknya yang tidak bisa melupakan, sangat berkesan, sangat rindu ketika sudah menjadi alumni, bahkan selalu membangga-banggakan. 

Guruku ketika mengajar, tidak ada gadget, tidak ada laptop, tidak ada komputer, apalagi LCD proyektor. Guruku hanya menyuruh mencatat dan mendengarkan. Ketika mencatat pakai kapur tulis, papan tulis sampai penuh, tangannya kotor berdebu, dihapus dilanjutkan lagi, ganti pelajaran juga seperti itu lagi. Sungguh tidak disangka, hasil mencatat dan mendengarkan, aku mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan tulisanku menjadi sangat baik dan rapi. Itulah ikhtiar yang diterapkan guruku dulu.

Sekarang aku hidup dalam lingkaran penuh tantangan.    

Aku hidup dan mengamalkan ilmu pada era milenial, sungguh begitu signifikan perubahannya, mulai dari gaya hidup, prilaku, moral, sosial, komunikasi dan informasi, kecerdasan, kecanggian, serba instan, serba teknologi.

Sekarang aku terpanggil menggapai langit, memetik bintang, menadah hujan, mentransfer pengetahuan dan berjuang mencetak anak didikku untuk menjadi generasi masa depan yang hebat, dengan cara mengajar yang tidak sama dengan guruku dulu, tapi harus inovatif, harus kreatif, harus dinamis, harus aplikatif, dan tentunya harus mampu mengoperasionalkan komputer sesuai dengan perkembangan.

Tapi mungkinkah? karena aku dilahirkan dan dididik dengan ilmu pada zamanku dulu, kini aku dituntut berjuang berada pada zaman sekarang, zaman now, zaman milenial, yaitu suatu zaman yang semua ilmunya tak pernah diajarkan pada zamanku dulu.

Aku selalu dituntut harus mampu menyiapkan dan mencetak generasi milenial untuk masa yang akan datang. Tentunya harus berani belajar pada guru-guru muda, guru-guru milenial yang tidak diragukan lagi penguasaan ilmu pengetahuan dan kecanggihannya.

Bisa dibayangkan, aku belajar pada zaman dulu, mengajar pada zaman sekarang, untuk menyiapkan generasi pada masa akan datang. Sungguh kontradiktif, prospektif, dan eksklusif.

Banyak orang sudah terlanjur percaya pada diriku.

Banyak orang menganggap aku pasti mampu beradaptasi di segala zaman.

Banyak orang yakin aku pasti mampu cepat menguasai adanya perubahan.

Banyak orang percaya aku pasti mampu menjadi teladan dalam kehidupan.

Inilah sebuah dimensi perjuangan. Esensi seorang guru. Karena sejatinya hidupku hanya tercurah untuk mengabdi kepada-Mu.

*Penulis adalah seorang dosen & guru B.Indonesia di SMP ISLAMIC QON

 

Bagikan artikel ini:

Beri Komentar

Dra. Hj. Sholihah

- Kepala Sekolah -

Para pengunjung situs yang berbahagia, kami ucapkan selamat datang di situs SMP ISLAMIC QON GKB GRESIK ini. Bahwasanya kami...

Jadwal Sholat


print-jadwal-sholat

Guru
Semua Guru
Banner
Facebook
Instagram