You need to enable javaScript to run this app.

MAKNA HARI PAHLAWAN ERA MILENIAL

  • Senin, 09 November 2020
  • Staff Humas
  • 0 komentar
MAKNA HARI PAHLAWAN ERA MILENIAL

Oleh: Drs. H. Islachuddin Yahya, M.Pd.*)

Peristiwa 10 Nopember 1945 telah terjadi 75 tahun yang lalu. Peristiwa pertempuran terbesar pasca kemerdekaan dalam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa perjuangan arek-arek Soeroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Peristiwa yang memperlihatkan kepada dunia bahwa Bangsa Indonesia memiliki kekuatan. Peristiwa itu dipicu oleh pengibaran bendera Belanda di Surabaya, padahal Pemerintah RI sedang gencar-gencarnya memberikan informasi kepada rakyat mengenai makna kemerdekaan yang baru saja diraihnya, rakyat sedang marak mengibarkan bendera merah putih di mana-mana.

Insiden pengibaran bendera Belanda itu membuat arek-arek Soeroboyo, para pemuda sangat marah, sampai bersitegang dengan orang-orang Belanda. Para pemuda diwakili oleh Residen Soedirman yang didampingi Sidik dan Hariyono kemudian menemui perwakilan Inggris, WVch Ploegman serta orang-orang Belanda di sana. Pertemuan tersebut bertujuan untuk berunding dan menurunkan bendera yang membuat marah masyarakat Soeroboyo. Namun Ploegman menolak usulan tersebut. Dia bahkan juga menolak mengakui kedaulatan Indonesia. Segera setelah pertemuan, Ploegman mengeluarkan pistol yang mengakibatkan perkelahian di lobi Hotel Yamato. Kala itu, ia tewas dicekik Sidik, Sidik tewas ditembak tentara Belanda. Di luar gedung hotel, massa yang datang semakin banyak. Mereka mendukung Residen Soedirman dan berinisiatif agar bendera tersebut diturunkan. Residen Soedirman lalu keluar dan mengatakan jika perundingan tidak menemui titik temu. Akhirnya, para pemuda yang masih berada di luar gedung memanjat naik ke atas hotel dan menurunkan bendera Belanda. Setelah itu, mereka merobek bagian biru dari bendera tersebut dan hanya menyisakan dua warna yaitu warna merah dan putih.

Peristiwa itu kemudian menjadi awal dari berbagai pertempuran pertama antara pihak Indonesia dengan tentara Inggris. Masyarakat Soeroboyo atau arek-arek Soeroboyo, para pemuda, para tukang becak, para pedagang, para petani, para seniman, para santri, para kiai, para ulama bersatu padu berjuang melawan penjajah. Tokoh perjuangan yang menggerakkan masyarakat Soeroboyo waktu itu , antara lain: Soetomo, KH. Hasyim Asy;ari, KH. Wahab Hasbullah, dan lain-lain. Dalam pertempuran itu telah menewaskan ribuan korban, baik dari pihak Indonesia maupun Inggris, termasuk Brigandir Jenderal Mallaby.

Memori perjuangan arek-arek Soeroboyo telah tercatat sebagai sejarah kemerdekaan RI, peristiwa itu dikenang hingga sekarang dan selalu dirayakan setiap tanggal 10 Nopember. Peristiwa itu tidak hanya menunjukkan sejarah untuk bangsa dan negara, tidak sekedar untuk diperingati dalam acara-acara seremonial, upacara, umbul-umbul kepahlawanan, atau lomba-lomba saja, tetapi juga telah mengajarkan nilai-nilai keteladanan bagi generasi milenial, antara lain: nilai keberanian membela kebenaran, cinta tanah air, semangat kebersamaan, kepedulian, persatuan, rela berkorban, saling membantu, semangat patriotik, dan lain-lain.

Lantas bagaimana generasi milenial dalam memaknai dan menyikapi adanya peristiwa 10 Nopember 1945 yang dikenal dengan hari pahlawan? Apakah perlu dan penting adanya pahlawan-pahlawan baru pada zaman now ini?. Sesungguhnya era milenial ini, kids zaman now banyak generasi milenial yang hati dan pikirannya sudah terjerat tali teknologi, enggan berpikir tentang sejarah penting. Waktunya lebih banyak dihabiskan bercinta dengan gadget, bermain dengan gadget, berkompetisi dalam gadget, kerja bersama gadget, belajar dengan gadget, tidur bersanding dengan gadget, makan, minum, senda gurau ditemani gadget, belanja pakai gadget, naik kendaraan dipandu gadget, berbicara, tertawa, menangis, bahkan curhatpun bersama gadget. singkatnya hidup selalu bergantung dengan gadget. Akibatnya generasi milenial kurang peduli terhadap sekitarnya, terhadap gurunya, terhadap keluarganya, bahkan tidak menunjukkan bakti atau tidak menurut terhadap orang tuanya sendiri. Bila disuruh untuk mengerjakan sesuatu terlihat sangat angel, angel, santuy santuy, selalu dijawab dengan “ntar” “ntar” “ntar” atau gapatar (gerakan apa-apa ntar)

Sikap generasi milenial demikian menunjukkan belum memahaminya makna keteladanan hari pahlawan. Generasi milenial perlu mendapatkan wawasan kepahlawanan, agar terpanggil dan bisa melanjutkan cita-cita para pahlawan yaitu dengan cara diajak mengisi kegiatan positif responsif dalam kehidupan sehari-hari, yang dapat menjadikannya sebagai “Pahlawan Era Milenial” 

Generasi milenial pasti bisa menjadi Pahlawan Keluarga, yaitu dengan cara membantu orang tua dalam pekerjaannya, membantu orang tua di rumah, bersih-bersih, menyapu, mengepel, mencuci pakaian, memasak, merapikan tempat tidur, dan lain-lain. Pada saat orang tua mengalami kesulitan, baik dalam pekerjaannya maupun dalam kegiatan di rumah, perlu bantuan, maka sebagai anak milenial datang membantu kesulitan dan kegiatan orang tua tersebut, pasti orang tua akan merasakan bahwa anak tersebut adalah Pahlawan, ya bisa dikatakan Pahlawan Keluarga, karena telah menyelamatkan dari kesulitan keluarga.

Generasi milenial pasti bisa menjadi Pahlawan Sekolah, yaitu dengan disiplin masuk sekolah, rajin belajar, berprestasi, aktif semua kegiatan, suka berteman, riang bersekolah, mengharumkan nama baik sekolah, dan selalu hormat kepada gurunya. Generasi milenial demikian dapat disebut sebagai Pahlawan Sekolah.

Generasi milenial pasti bisa menjadi Pahlawan Sosial, yaitu mampu berinteraksi, komunikasi, dan bergaul dengan siapa saja dengan penuh kebaikan tanpa memandang status social, selalu peduli sesama, suka membantu, suka menolong teman atau semua orang. Generasi milenial demikian patut disebut sebagai Pahlawan Sosial.

Tidak bisa dipungkiri, perkembangan generasi kreatif, inovatif, dan prospektif akan terus melahirkan pahlawan-pahlawan era milenial, misalnya Pahlawan Milenial, Pahlawan Budaya, Pahlawan Ekonomi, Pahlawan Lingkungan, Pahlawan Teknologi, Pahlawan Gadget, Pahlawan Cinta, dan pahlawan-pahlawan lainnya. Mungkinkah?, di dunia sekarang ini tidak ada yang tidak mungkin. Generasi milenial pasti bisa!!

Ok, guys, Selamat Hari Pahlawan. Tetap semangat dan semoga sukses!

*) Penulis adalah Dosen dan Guru Bahasa Indonesia SMP Islamic Qon, GKB Gresik

  

 

Bagikan artikel ini:

Beri Komentar

Dra. Hj. Sholihah

- Kepala Sekolah -

Para pengunjung situs yang berbahagia, kami ucapkan selamat datang di situs SMP ISLAMIC QON GKB GRESIK ini. Bahwasanya kami...

Jadwal Sholat


print-jadwal-sholat

Guru
Semua Guru
Banner
Facebook
Instagram